4.TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA)

 4.TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA)




Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda yang merupakan bagian dari daerah cekungan Bandung, memiliki latar belakang sejarah yang erat kaitannya dengan zaman purba hingga sekarang. Secara geologis daerah ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh gejolak alam dalam kurun waktu pembentukan alam semesta.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda awalnya merupakan bagian areal dari kelompok Hutan Lindung Gunung Pulosari yang berdasarkan Surat Keputusan Mentri Pertanian Nomor 575/Kpts/Um/8/1980 dirubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam (TWA) Curug Dago. Pada tanggal 14 Januari 1985 bertepatan dengan kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda, TWA Curug Dago secara resmi berubah fungsi menjadi Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang merupakan Tahura pertama di Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1985.

Taman hutan raya merupakan bagian dari jenis kawasan konservasi di Indonesia berdasarkan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990.[1] Adapun kriteria yang ditetapkan sebagai penunjukkan kawasan Taman hutan raya, adalah sebagai berikut:

  • Merupakan kawasan yang memiliki suatu ciri khas tersendiri, baik asli maupun buatan. Yang mana bisa terdapat pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah.
  • Memiliki keindahan alam dan atau mempunyai gejala alam, misalnyanya ada terdapat sumber air panas bumi.
  • Mempunyai luas yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan ataupun bukan asli.

1 Gua Belanda

Gua Belanda berjarak 500 meter dari pintu masuk Taman Hutan Raya Ir H Djuanda,

Gua ini adalah gua buatan manusia yang merupakan peninggalan pada masa kolonial Belanda.

Awalnya, gua yang dibangun pada 1901 digunakan sebagai kebutuhan pembangkit listrik tenaga air oleh perusahaan.

Pada tahun 1941, gua menjadi markas Belanda yang juga berfungsi sebagai gudang penyimpanan senjata, pusat komunikasi, hingga sebagai penjara.

Pada gua ini, wisatawan dapat menemukan 15 lorong dan dua pintu setinggi 3,2 meter dengan luas plataran 0,6 hektar.

2. Gua Jepang

Tidak terlalu jauh dari Gua Belanda, wisatawan dapat menemukan Gua Jepang yang hanya berjarak 300 meter.

Wisatawan dapat mengunjungi Gua Jepang yang dibangun pada 1942 oleh militer Jepang. Konon, gua ini dibangun dengan sistem kerja paksa atau Romusha.

Gua yang pernah menjadi barak militer ini memiliki empat pintu masuk dan dua lubang penjagaan. Di sini juga, ada bungker yang berjumlah 18 yang masih terlihat asli.

3. Tebing Keraton 

Tebing Keraton merupakan obyek wisata yang populer di kalangan anak muda, terutama penggiat media sosial. Dari atas tebing yang memiliki ketinggian 1.200 mdpl, wisatawan dapat melihat pemandangan hijau Taman Hutan Raya Ir H Djuanda. Waktu terbaik mengunjungi kawasan ini adalah saat matahari terbit maupun terbenam, karena pemandangannya eksotis terkena cahaya matahari.

Share:

0 comments:

Posting Komentar